Tampilkan postingan dengan label Info Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info Fotografi. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 Desember 2011

Instagram, Angin Baru di Dunia Fotografi

Pernahkah anda membayangkan memotret memakai kamera Polaroid SX-70 dengan film Polaroid 600 yang sudah expired untuk mendapatkan efek yang sekarang sangat dikenal dengan Earlybird Filter. Memotret menggunakan kamera Holga dengan film Ektachrome yang kemudian dilakukan Cross-Processed saat memproses film untuk mendapatkan efek Lomo-Fi Filter. Menggunakan Holgaroid dengan film Polaroid 80 Chocolate untuk mendapat efek Sutro Filter. Atau Lomo LC-A+ dengan film Velvia 50 untuk mendapatkan efek X-Pro II Filter.

Bagaimana membawa kamera-kamera lama itu semua ditambah dengan film-film ‘lawas’ dan melakukan hunting foto? Merepotlkan sekali bukan. Namun hal itulah yang terjadi sekarang pada sebuah teknologi Instagram. Hal yang barangkali sangat sulit kita bayangkan pada satu dasawarsa yang lalu. Berbagai macam jenis kamera dan film dalam satu device kecil nan ringan bernama iPhone dengan aplikasi Instagram.

Instagram adalah sebuah aplikasi ponsel iPhone (juga di iPad dan iPod touch) yang bisa melakukan banyak model pemfilteran terhadap foto-foto anda dengan sangat mudah, hanya dengan satu sentuhan jari, sekaligus bisa membaginya kepada teman-teman yang sekarang bernama followers. Begitu menariknya aplikasi yang mampu menghasilkan nostalgia dari foto-foto yang kita punya ini, sehingga dalam 13 bulan saja lebih dari 13 juta orang di dunia menggunakannya dan siap berbagi kehidupannya, lewat gambar, kepada dunia. Sebuah kegairahan yang luar biasa dengan lebih dari 150 juta foto telah di upload dari sejak diluncurkannya aplikasi ini pada 6 Oktober 2010. Barangkali sensasinya hampir sama ketika Eastman Kodak menghadirkan Brownie di tahun 1900-an, yang begitu diminati dan membuat orang awam seketika jatuh cinta dengan fotografi, karena mudah dioperasikan dan tidaklah “terlalu mahal”.

Di tanah air sendiri komunitas pecinta instagram ini mencapai ribuan. Sebagian besar dari mereka sangat aktif dan bergabung ke dalam milis iPhonesia, sebuah nama yang diambil dari (I)device (PHO)tographer indo(NESIA). Ada sekitar 1600 lebih anggota yang tercatat. Selain berbagi informasi, sebagian mereka juga aktif melakukan instameet, sebuah istilah ‘temu darat’ bagi pecinta instagram ini. Baik sekedar ‘nongkrong-nongkrong’ atau melakukan hunting foto. Lebih dari itu iPhonesia juga sangat dikenal oleh ‘intagramers‘ dunia karena keaktifan juga kekompakan mereka.

Instagram bersama iPhone serasa memberikan gairah baru akan kecintaan terhadap fotografi di tanah air. Tengok saja, mereka yang amatir, bahkan tidak mengerti banyak akan fotografi bisa membuat karya yang cukup artistik. Mereka juga begitu produktif dalam menghasilkan foto. Menjadikan memotret dan foto sebagai sesuatu yang menyenangkan sekaligus menghibur.

Bagi mereka yang faham fotografi lebih banyak, kamera ponsel ini benar-benar menjadikan pepatah fotografi lama, ‘The best camera is the one you have with you’ menjadi nyata. Mudah dibawa, mudah dalam pengoperasiannya, dan secara “real time” bisa dipamerkan ke ribuan pemirsa di dunia, baik dengan aplikasi ini atau lewat jejaring sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Beberapa diantara mereka bahkan membuat project khusus untuk membuat photo story yang kemudian dipamerkan dalam sebum pameran tunggal atau bersama-sama. Jauh dari istilah ‘main-main’.

Begitulah, bagi anda pecinta kamera Lomo/Polaroid sejati atau bagi anda yang merasa belajar fotografi dengan ‘susah-payah’ mungkin akan sedikit mencibir. “Cepat dan pasti”, suka atau tidak, sebuah dunia baru bernama iPhoneography telah lahir. Meramaikan jagad foto digital. Sebuah dunia yang mencakup semua genre fotografi, dari street photography hingga landscape, dimana spontanitas dan pengolahan artistik lewat instagram (atau aplikasi lain) memberikan gaya tersendiri. Nuansa massa lalu, yang mampu dihadirkan kembali dalam keseharian kini.

Semoga gegap gempita ini bukanlah merupakan euforia sesaat semata, akan tetapi benar-benar menjadi angin baru dunia fotografi. Bagian dari gelombang kreatifitas yang terus mencari “batas”.
Sumber :(http://www.seribukata.com/Ahmad Zamroni)

Photo by: shutdagizm

Photo by: @matthewvictor

Photo by: @embohpokoke

Catatan: Kredit foto merupakan username Instagram yang digunakan masing-masing pengguna aplikasi ini.




Jumat, 18 November 2011

Canon EOS-1D X Sambangi Indonesia Februari 2012

Canon EOS-1D X Sambangi Indonesia Februari 2012


Jakarta - EOS-1D X, merupakan kamera kelas atas Canon yang sudah cukup banyak dinanti kalangan profesional maupun hobbyist. Nah, rencananya kamera seharga Rp 60 jutaan ini akan mulai dipasarkan di Indonesia pada awal tahun depan.

Dikatakan oleh pihak DataScript selaku distributor resmi Canon, kamera full frame ini akan menyambangi Indonesia pada awal tahun depan, sekitar bulan Februari atau Maret 2012.

Dalam acara yang mengundang media di Palalada, Grand Indonesia, Rabu (16/11/2011), mereka mengatakan bahwa meski EOS-1DX belum dipasarkan, namun kamera penerus kamera full frame EOS-1Ds Mark III ini sudah mendapat banyak lirikan dari para penggiat fotografi.

Banyaknya antusias yang datang dari berbagai kalangan, membuat Canon yakin di batch pertama mereka mampu menjual sebanyak 50 unit.

Canon EOS-1DX sendiri memiliki spesifikasi yang sangat tinggi. Ia dibekali dengan 3 prosesor Digic sekaligus termasuk Dual Digic 5+. Prosesor Digic 5+ ini memiliki kecepatan 17 kali lebih canggih dibandingkan prosessor Digic 4.

Pengurangan resolusi menjadi 18MP dari model sebelumnya diklaim akan mampu menghasilkan kualitas foto yang lebih mumpuni. Plus dengan noise reduction yang dimiliki Canon, mereka menjanjikan bahwa foto yang dibidik dengan ISO super tinggi noisenya mampu ditekan semaksimal mungkin sehingga gambar tetap kinclong.

Peluncuran Canon EOS 1DX siap berhadapan dengan kamera dari pesaing beratnya, Nikon termasuk untuk model Nikon D3S. Untuk hasil foto dari Canon EOS-1DX sendiri, Canon sengaja belum mau mempublishnya.

Canon rupanya masih menunggu perilisan resmi EOS 1DX untuk memamerkan hasil jepretannya. Meski sudah beberapa kali memamerkan wujudnya di sejumlah acara di luar negeri, namun Canon berusaha keras agar foto hasil bidikan EOS 1DX tidak nongol.

Begitu pula saat cara 'icip-icip' EOS 1DX yang disambangi detikINET, slot untuk memory card dan port penghubung di piranti ini sengaja ditutup dengan lakban agar fotonya tidak bisa ditransfer.

http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/images/elements/_spacer.gif



Sumber: detikinet

Selasa, 12 April 2011

Digital Photography Challenge


In a discussion of photography, someone asked me "Mas, what does that have to be learned from photography in addition to speed, aperture and ISO?"

Simple question that brings me back to when I was learning basic photography. Apart from the difficulties to understand the speed, aperture and ISO and how to combine all three to create certain effects, we then also remains to be preoccupied with the 'ceremony' process-process and print-print images if remembered not a trivial matter as well. Starting from thinkers want to wear what movie, B & W or color, nyari lab that can give discounts tolerable for Notifications, where the mas-mas operator lab its baseball Rese if ditongkrongin and dicerewetin if more nyetak photos ("Mas, cyan him add the little, yaaah .. mostly, Mas ... OK ... So much fit Uh, baseball, ding ... Kurangin little longer.), until excited if it turns out mainstay photos 'not so'. Moreover, the time to learn the process and print their own in a dark room, kehebohannya can be doubled.

So-so I was a little arrogant to claim that I am among those who had suffered two days and feel the transition from film cameras to digital cameras and I can also tell the kids just learning to motret now, be thankful that your life is made easier by not need to go through all the trouble-trouble that.

In general, learning motret now as much more easily. All the hassles that can be eliminated. No more events are confused about using film B & W or color or. Want grain formerly could only be obtained with specific films? Ngerubah color tone before nyetak? Want to cross-processing effect? Take a deep breath, calm, patient, relaxed ... no Photoshop. Photoshop does not provide a solution? Many other softwares ... and cheap (not support piracy but just simply share the reality). Do not know how to convert color to B & W is good? Google stay a minute, okay.

And what challenge now studying photography when romance-romance was gone analog?

In my opinion, it's back to each 'candidate' photographer. The ease of the technical side, it should be balanced with progress in the field 'content'. Precious time that used for washing out the photo-printing, it should be stolen to learn to give life to photos. Able to browse the photographs have a senior photographer, read books, magazines, or newspapers at home and abroad (and of course enjoy the photos), discussion, and not countless ways of sharing. What is important is to learn to understand the difference between good photos and images mediocre. In essence, even though today's photographers life so much easier, does not mean the quality is steadily decreasing. The basic techniques of photography have not changed, not a documentary photographer was, the photographer was the Afghan war veteran, was the wedding photographer, all the same. Panning use slow speed, high-speed freeze wear, disposable bulb if you want to the lines on the street car light, and others. What is essential is that, once the basic techniques had been mastered, so what? Back again to the beginning of this paragraph: it's up to each photographer to learn how to give meaning and life to his photographs. (Dita Alangkara)